Ranggonseni.com, - Dilansir dari kanal Youtube RSTV pada Jumat (26/1/2024) oleh Lebe Karyoto, sekaul kanda, pada jaman dahulu ada lima kerajaan yang berkuasa.
Pagusten Pangeran Suryanegara (dari Cirebon), Pangeran Mangkunegara (adik Pangeran Suryanegara), yang bertempat tinggal di desa Sleman. Pangeran Kartanegara, bertempat tinggal di Karang kendal. Pangeran Martanegara, bertempat tinggal di Gunung Jati. Dan Pangeran Patmanegara, bertempat tinggal di Wanacala.
Adapun dari kelima Pangeran tersebut yaitu, Pangeran Surya Negara yang paling berkuasa dan yang paling mempunyai kesaktian. Desa Bulak di antara desa di bawah kepemimpinanya di samping daerah darrah Timur yang kerap kali kekurangan air.
Karena itu, Pangeran Surya Negara mengutus Nyi Ayu Kelir dari daerah Kedokan supaya bekerja bersama-sama dengan utusan dari kerajaan lainnya untuk membuat bendungan di kali Longgangga Tisna guna pembagian air bagi daerah-daerah yang kesulitan air.
Utusan dari Kedokan tersebut berjumlah 41 orang dipimpin oleh Ki Ratim. Pada suatu hari sang pangeran mengontrol hasil kerja utusan tersebut dan menitipkan bungkusan dengan pesan jangan pernah membuka sebelum beliau kembali dan selesai salat Jumat.
Namun sang pangeran amat terkejut ketika bungkusan nasi titipannya itu sudah terbuka dan dimakan oleh 41 utusan tersebut sambil naik di atas pohon. Isi bungkusan tersebut ternyata merupakan buah kurma.
Mengetahui hal tersebut sang pangeran pun geram dan marah besar karena pesannya tidak dipenuhi dan tidak dipatuhi, lantas sang pangeran berucap "Eh eh kaya dudu sifate menusa tapi sifate kunyuk (eh eh seperti bukan sifat seorang manusia tapi sifat seekor kera)."
Karena kesaktian sang pangeran tersebut dan dengan izin yang Maha Kuasa, maka seketika utusan tersebut berubah menjadi seekor kera. Hingga saat ini konon jumlah kera yang ada di Buyut Banjar Bulak tersebut tidak pernah berubah karena belum pernah dijumpai bangkai kera.
Orang yang pertama kali menempati atau menemukan daerah tersebut yaitu Nyi Wana. Nyi Wana adalah seorang wanita yang berasal dari kerajaan Surya Negara yang di tugaskan untuk menggembala ke arah utara untuk membangun padepokan baru / pemekaran.
Adapun dari kelima Pangeran tersebut yaitu, Pangeran Surya Negara yang paling berkuasa dan yang paling mempunyai kesaktian. Desa Bulak di antara desa di bawah kepemimpinanya di samping daerah darrah Timur yang kerap kali kekurangan air.
Karena itu, Pangeran Surya Negara mengutus Nyi Ayu Kelir dari daerah Kedokan supaya bekerja bersama-sama dengan utusan dari kerajaan lainnya untuk membuat bendungan di kali Longgangga Tisna guna pembagian air bagi daerah-daerah yang kesulitan air.
Utusan dari Kedokan tersebut berjumlah 41 orang dipimpin oleh Ki Ratim. Pada suatu hari sang pangeran mengontrol hasil kerja utusan tersebut dan menitipkan bungkusan dengan pesan jangan pernah membuka sebelum beliau kembali dan selesai salat Jumat.
Namun sang pangeran amat terkejut ketika bungkusan nasi titipannya itu sudah terbuka dan dimakan oleh 41 utusan tersebut sambil naik di atas pohon. Isi bungkusan tersebut ternyata merupakan buah kurma.
Mengetahui hal tersebut sang pangeran pun geram dan marah besar karena pesannya tidak dipenuhi dan tidak dipatuhi, lantas sang pangeran berucap "Eh eh kaya dudu sifate menusa tapi sifate kunyuk (eh eh seperti bukan sifat seorang manusia tapi sifat seekor kera)."
Karena kesaktian sang pangeran tersebut dan dengan izin yang Maha Kuasa, maka seketika utusan tersebut berubah menjadi seekor kera. Hingga saat ini konon jumlah kera yang ada di Buyut Banjar Bulak tersebut tidak pernah berubah karena belum pernah dijumpai bangkai kera.
Orang yang pertama kali menempati atau menemukan daerah tersebut yaitu Nyi Wana. Nyi Wana adalah seorang wanita yang berasal dari kerajaan Surya Negara yang di tugaskan untuk menggembala ke arah utara untuk membangun padepokan baru / pemekaran.
Setiba di kali prawira kepolo beliau memutuskan untuk tinggal dan membuat pondok kecil hingga akhirnya beliau menghuni tempat tersebut, dan bercocok tanam serta membuka pertanian.
Sampai akhirnya Nyi Wana bertemu dengan Ki Laitayang berasal dari Ranca Jawat kecamatan Bangoduakabupaten Indramayu, mereka saling berkenalan sampai akhirnya mereka memutuskan untuk menikah dan dikaruniai seorang anak tunggal cantik dan cerdas yang bernama Nyi Sular.
Selang beberapa tahun kemudian banyak warga/penduduk luar desa Bulak Lor yang mayoritas dari desa Sleman menghuni maupun bercocok tanam di daerah tersebut sampai akhirnya membuka dusun yang diketuai oleh Ki Laita.
Pada tahun 1790an Nyi Wana dan Ki Laita meninggal dunia dan dikuburkan di tempatbersamaan, tempat tersebutlebih tepatnya sekarang terletak di Blok Kelir samping Blok Jambangan,sampai sekarang ini kuburan / petilasan tersebutmasih sering diadakan jiarah maupun diadakan unjungan desa tiap tahunya dengan mengirimkan tumpeng atau sesajen.
Pada tahun 1800an Nyi Sular anak dari Ki Laita tersebut memimpin desa Bulak menggantikan ayahnya, sampai suatu ketika masyarakat desa Bulak mengadakanpenggalian kali Prawira Kepolo yang sekarang terletak di Banjar sampai dengan Bendungan desa Bulak Lor, yang dipimpin oleh Suwarja dari pekalongan dan pekerjanyamayoritas dari daerah Pekalongan.
Penggalian kali Prawira Kepolo terebut berlangsung sampai beberapa tahun dengan panjang sungai tersebut 10 Km dan lebar 40 meter dengan kedalaman 7 meter. Cerita ini berkaitan dengan Legenda Buyut Banjar.
Pada suatu hari Nyi Sular jatuh cinta dengan pria yang bernama Suwarja itudikarnakan ketampanan dan kewibawaan beliau Nyi Sular jatuh cinta padanya, sampai akhirnya mereka menikah dan Nyi Sular memutuskan untuk tidak memimpin desa Bulak lagi.
Sampai akhirnya Nyi Wana bertemu dengan Ki Laitayang berasal dari Ranca Jawat kecamatan Bangoduakabupaten Indramayu, mereka saling berkenalan sampai akhirnya mereka memutuskan untuk menikah dan dikaruniai seorang anak tunggal cantik dan cerdas yang bernama Nyi Sular.
Selang beberapa tahun kemudian banyak warga/penduduk luar desa Bulak Lor yang mayoritas dari desa Sleman menghuni maupun bercocok tanam di daerah tersebut sampai akhirnya membuka dusun yang diketuai oleh Ki Laita.
Pada tahun 1790an Nyi Wana dan Ki Laita meninggal dunia dan dikuburkan di tempatbersamaan, tempat tersebutlebih tepatnya sekarang terletak di Blok Kelir samping Blok Jambangan,sampai sekarang ini kuburan / petilasan tersebutmasih sering diadakan jiarah maupun diadakan unjungan desa tiap tahunya dengan mengirimkan tumpeng atau sesajen.
Pada tahun 1800an Nyi Sular anak dari Ki Laita tersebut memimpin desa Bulak menggantikan ayahnya, sampai suatu ketika masyarakat desa Bulak mengadakanpenggalian kali Prawira Kepolo yang sekarang terletak di Banjar sampai dengan Bendungan desa Bulak Lor, yang dipimpin oleh Suwarja dari pekalongan dan pekerjanyamayoritas dari daerah Pekalongan.
Penggalian kali Prawira Kepolo terebut berlangsung sampai beberapa tahun dengan panjang sungai tersebut 10 Km dan lebar 40 meter dengan kedalaman 7 meter. Cerita ini berkaitan dengan Legenda Buyut Banjar.
Pada suatu hari Nyi Sular jatuh cinta dengan pria yang bernama Suwarja itudikarnakan ketampanan dan kewibawaan beliau Nyi Sular jatuh cinta padanya, sampai akhirnya mereka menikah dan Nyi Sular memutuskan untuk tidak memimpin desa Bulak lagi.
Pada tahun 1806 desa Bulak melaksanakan pemilihan kuwu yang pertama kali, Suwarja salah calon dari ketiga yang mencalonkan Kuwu Bulak, sekaligus terpilih oleh masyarakat desa Bulak, dan menjabat sampai tahun 1822.
Berikut nama-nama kuwu yang memimpin Desa Bulak.
- Kuwu ke 2 yaitu ki Pastok 1822-1829
- Kuwu ke 3 yaitu Ki rembes 1829-1837
- Kuwu ke 4 yaitu Ki Guses 1837-1847
- Kuwu ke 5 yaitu Ki Rami 1847-1854
- Kuwu ke 6 yaitu Ki Buntas 1854-1869
- Kuwu ke 7 yaitu Ki Wardin 1869-1879
- Kuwu ke 8 yaitu Ki Surmi 1879-1886
- Kuwu ke yaitu Ki Tasba/Bedel 1886-1901
- Kuwu ke yaitu Ki Sartimah 1901-1909
- Kuwu ke 11 yaitu Ki Mesimah 1909-1919
- Kuwu ke 12 yaitu Ki Arsad / Ceret 1919-1927
- Kuwu ke 13 yaitu Ki Tiyam 1927-1936
- Kuwu ke 14 yaitu Warja / H.jubaedi 1935-1962
- Kuwu ke 15 yaitu Wasna 1963-1965
- Kuwu ke 16 yaitu Narkiyah 1965-1967
- Kuwu ke 17 yaitu Aripin 1967-1989
- Kuwu ke 18 yaitu Oni Masoni 1989-1988
Demikian riwayat asal-usul Desa Bulak di Kecamatan Jatibarang Indramayu. (Meneer Pangky/RS)***
Ikuti kami di Google News untuk update terbaru