Ranggonseni.com, - Dilansir dari kanal Youtube RSTV pada Jumat (15/12/2023) oleh Lebe Karyoto, sekaul kanda sebelum menjadi sebuah desa, wilayah ini masih hutan belantara. Namanya Alas Lamaran, berada di bawah kekuasaan Kerajaan Pulo Mas. Kisahnya diawali dengan datangnya Demang Ngabehi Nata Kusuma memata-matai telik sandi Mataram.
Prabu Geusan Ulun merasa dirongrong oleh kehadiran pendekar Mataram di Alas Lamaran, yang mana lokasinya dekat dengan Sumedang. Sedang Imam Muhidin alias Imam Widin babad Alas Lamaran seijin Dalem Dermayu, atas rekomendasi Raden Sutajaya.
Setelah datang ke Alas Lamaran, Demang Bei Nata Kusuma malah kepentang birahi asmara dengan Nyi Biyana yang cantik jelita. Setelah melihat niat mulia Imam Widin dan kecantikan adiknya, ia lupa akan tugasnya.
Kemudian sang demang ikut berguru kepada Imam Widin bersama orang-orang di padukuhan baru itu, teman seperguruannya adalah Ki Baid. Ia juga kemudian menikah dengan Nyi Biyana dan melahirkan seorang putri, namanya Nyi Rinting.
Kembali ke Sumedang, di sana sedang terjadi peristiwa huru-hara, dikenal sebagai prahara wesi karang macan. Situasi di mana Sumedang diserang oleh Pasukan Prawan Sunti dari Cirebon. Semua anak buah Demang Bei, Ki Tuas, Ki Luber dan Ki Cangko dikutuk menjadi harimau.
Peristiwa ini oleh Geusan Ulun dianggap sebagai kegagalan Demang Bei Nata Kusuma dalam mengamankan negara Sumedang. Lalu diutuslah Ki Brata Nata untuk mencari sang demang baik dalam keadaan hidup atau mati.
Demikian pula dengan situasi di Alas Lamaran, terjadi pergolakan antara Imam Widin dan Penguasa Pulo Mas. Hingga meletuslah perang antara Imam Widin dan Cipawor. Cipawor dibantu oleh Pepatih Pulo Mas, Jongkara namanya. Pasukan Pulo Mas bisa dipukul mundur oleh Imam Widin.
Tak lama datanglah Ki Brata Nata, setelah mendapat informasi telik sandi bahwa Demang Bei Nata Kusuma ada di Alas Lamaran. Sang demang menolak diajak menghadap Geusan Ulun di Sumedang.
Pertarungan antara mereka tak bisa dielak. Brata Nata melawan Nata Kusuma. Peristiwa ini lalu diabadikan menjadi nama sebuah desa, disebut Desa Lamaran Tarung.
Seriwayat lain mengatakan waktu lakon ‘ketepeng reges’, Nyi Ageng Pecuk menjadi rebutan, setiap orang melamar ingin menikah dengannya. Setiap lamaran terjadi pertarungan.
Untuk menghindar, Nyi Ageng Pecuk pergi ke Alas Lamaran dan menyamar menjadi Nyi Suwari. Namun upaya mengelabui itu gagal. Para pelamar tetap mengejarnya. Lalu, Nyi Suwari membuat sayembara, barang siapa yang menang bisa menikah dengannya.
Demikian riwayat Desa Lamaran Tarung, legenda itu pun masih bisa ditemui di perbatesan desa. Pohon besar yang tumbuh di tengah jalan menjadi situs bersejarah leluhur. Situs Buyut Nyi Suwari. (Meneer Pangky/RS)***
Baca konten lainnya di Google News