Ranggonseni.com, - Dilansir dari kanal Youtube RSTV pada Jumat (6/10/2023) oleh Lebe Karyoto, sekaul kanda pada abad 15 M hutan Sinang masih hutan belantara yang terkenal sangat angker. Dihuni oleh bangsa demit dayang merkayangan.
Lantas datanglah Ki Bagus Sidum ke Alas Sinang untuk bertemu dengan Ki Nata Wana dan Ki Jaga Wana. Mereka dikenal bengis dan kejam. Tidak ada kompromi dengan bangsa manusia.
Seriwayat dikatakan tak seorangpun selamat jika melintas masuk ke Alas Sinang. Akan terjadi banjir darah manusia. Karenanya di tempat tersebut dinamakan Desa Amis.
Selanjutnya, Ki Sidum bertemu dengan dua penjaga hutan tersebut. Secepat kilat Ki Sidum sudah dikepung dan hendak dimangsa. Tak mau mati konyol dirinya langsung melawan.
Pertarungan diantara mereka berlangsung sengit. Ki Sidum mulai mengungguli kemampuan kanuragan penguasa hutan tersebut. Keduanya dibelenggu, pasukannya menyerah. Ki Sidum mengancam akan memusnahkan mereka.
Ki Jaga Wana dan Ki Nata Wana langsung bersimpuh sujud minta ampun dan bersumpah tujuh turunan tidak akan melawan dan bersedia mengabdi pada tuan barunya itu. Mendengar suara tulus mereka memunculkan rasa iba dalam sanubari Ki Sidum. Ia mau melepaskan belenggu dengan dua syarat.
Selanjutnya, Ki Sidum bertemu dengan dua penjaga hutan tersebut. Secepat kilat Ki Sidum sudah dikepung dan hendak dimangsa. Tak mau mati konyol dirinya langsung melawan.
Pertarungan diantara mereka berlangsung sengit. Ki Sidum mulai mengungguli kemampuan kanuragan penguasa hutan tersebut. Keduanya dibelenggu, pasukannya menyerah. Ki Sidum mengancam akan memusnahkan mereka.
Ki Jaga Wana dan Ki Nata Wana langsung bersimpuh sujud minta ampun dan bersumpah tujuh turunan tidak akan melawan dan bersedia mengabdi pada tuan barunya itu. Mendengar suara tulus mereka memunculkan rasa iba dalam sanubari Ki Sidum. Ia mau melepaskan belenggu dengan dua syarat.
Satu, seluruh penghuni Alas Sinang hendaknya dapat hidup rukun dan bersahabat dengan manusia. Kedua, memperbolehkan siapapun yang datang ke tempat ini tanpa pandang bulu dan memperbolehkan untuk tinggal disini. Pengajuan syarat yang tidak begitu berat itu pun akhirnya disepakati.
Ki Sidum kemudian diangkat sebagai guru mereka. Setelah itu, semakin banyak bangsa manusia datang bermukim. Desa ini diberi nama Cempaka Mulia dan Ki Dusta ditunjuk sebagai kuwunya.
Ki Dusta mempunyai seorang anak perempuan dari hasil perkawinan dengan bangsa siluman Alas Sinang yang diberi nama Diah Rengganis, kecantikan putri semata wayangnya itu terkenal dan menjadi idola kaum lelaki.
Selain cantik Diah Rengganis pandai menggoda laki-laki, suatu saat ada seorang lelaki yang membuat hati Diah Rengganis kecewa lalu dengan watak silumannya membunuh lelaki yang sempat menjadi kekasihnya.
Takut perbuatannya diketahui oleh ayahnya yang seorang pemimpin desa itu, takut nama baik ayahnya tercoreng, Diah Rengganis memakan pemuda tersebut. Perilaku ini berulang-ulang, siapapun lelaki yang membuatnya kecewa tak segan-segan ia bunuh dan memakannya.
Lama-kelamaan masyarakat mengetahui perbuatan Diah Rengganis, akhirnya Ki Dusta dengan berat hati mengurung putri kesayangannya pada suatu tempat yang dijaga oleh murid-muridnya yakni Ki Koang dan Ki Brangbang.
Sampai pada akhirnya datanglah Ki Cakra Buana dalam rangka menyebarkan agama Islam yakni berdakwah ke desa tersebut. Penduduk di desa ini masih banyak banyak yang menganut agama Hindu-Budha.
Bertekad Ki Cakra Buana ingin mengislamkan semua penduduk, sebagai sarana dakwahnya beliau menjadi dalang wayang agar diterima. Ia membuat wayang dari kulit banteng di Alas Sinang.
Upaya itu akhirnya berhasil menyita perhatian penduduk. Ki Cakra Buana saat menggelar pertunjukan wayang tidak meminta bayaran, cukup dua kalimat syahadat. Banyak penduduk yang tertarik sehingga kemudian seluruh masyarakat desa itu memeluk agama Islam.
Setelah dakwahnya berhasil Ki Cakra Buana hendak kembali ke Cirebon, beliau mengutus muridnya yang bernama Ki Walidin untuk membina masyarakat desa tersebut.
Pada suatu waktu Ki Dusta kedatangan seorang tamu utusan dari tetangga desa yang kehilangan anak lelakinya, diduga dibawa oleh Diah Rengganis. Meskipun dirinya tahu akan perbuatan putrinya, namun ia tak sampai hati.
Namun karena desakan dari Masyarakat, akhirnya Ki Dusta menyuruh Ki Koang dan Ki Brangbang untuk membawa Diah Rengganis pergi jauh-jauh dalam rangka menghindari kemarahan warganya. Diah Rengganis ditempatkan di rumah nenek dan kakeknya yang bangsa siluman di pedalaman Alas Sinang.
Mengetahui kebiasaan Diah Rengganis yang memakan manusia, maka kakek dan neneknya memberikan solusi, agar memakan wayang kulit yang tersimpan didalam rumahnya dan berpesan jangan memakan manusia karena engkau akan celaka.
Namun lama kelamaan satu persatu wayang yang tersimpan didalam kotak pun habis dimakan oleh Diah Rengganis. Karena kebiasaan yang tidak bisa dihilangkan akhirnya Diah Rengganis memakan manusia lagi mengetahui hal itu akhirnya kekek neneknya pun segera melaporkan kejadian ini ke ayahnya.
Peristiwa ini sampai juga ke telinga Ki Walidin. Ia pun murka dan mendatangi Diah Rengganis. Setelah adu kesaktian Ki Walidin kalah dan menjadi mangsa Diah Rengganis.
Kematian Ki Walidin membuat Ki Dusta amatlah murka. Ia pun meminta kepada Ki Cakra Buana, maka diutuslah Ki Ageng Argantaka dan Ki Ageng Krapyak, Diah Rengganis berhasil dikalahkan.
Demikianlah cerita rakyat dari Alas Sinang Indramayu. Wonten laler wilis, pentelas-pentelis, ya wis. Bener orane, mung sederma nyeritakena. Bobade kula bobade sing dongengna. (Meneer Pangky/RS)***
Baca konten lainnya di Google News
Ki Sidum kemudian diangkat sebagai guru mereka. Setelah itu, semakin banyak bangsa manusia datang bermukim. Desa ini diberi nama Cempaka Mulia dan Ki Dusta ditunjuk sebagai kuwunya.
Ki Dusta mempunyai seorang anak perempuan dari hasil perkawinan dengan bangsa siluman Alas Sinang yang diberi nama Diah Rengganis, kecantikan putri semata wayangnya itu terkenal dan menjadi idola kaum lelaki.
Selain cantik Diah Rengganis pandai menggoda laki-laki, suatu saat ada seorang lelaki yang membuat hati Diah Rengganis kecewa lalu dengan watak silumannya membunuh lelaki yang sempat menjadi kekasihnya.
Takut perbuatannya diketahui oleh ayahnya yang seorang pemimpin desa itu, takut nama baik ayahnya tercoreng, Diah Rengganis memakan pemuda tersebut. Perilaku ini berulang-ulang, siapapun lelaki yang membuatnya kecewa tak segan-segan ia bunuh dan memakannya.
Lama-kelamaan masyarakat mengetahui perbuatan Diah Rengganis, akhirnya Ki Dusta dengan berat hati mengurung putri kesayangannya pada suatu tempat yang dijaga oleh murid-muridnya yakni Ki Koang dan Ki Brangbang.
Sampai pada akhirnya datanglah Ki Cakra Buana dalam rangka menyebarkan agama Islam yakni berdakwah ke desa tersebut. Penduduk di desa ini masih banyak banyak yang menganut agama Hindu-Budha.
Bertekad Ki Cakra Buana ingin mengislamkan semua penduduk, sebagai sarana dakwahnya beliau menjadi dalang wayang agar diterima. Ia membuat wayang dari kulit banteng di Alas Sinang.
Upaya itu akhirnya berhasil menyita perhatian penduduk. Ki Cakra Buana saat menggelar pertunjukan wayang tidak meminta bayaran, cukup dua kalimat syahadat. Banyak penduduk yang tertarik sehingga kemudian seluruh masyarakat desa itu memeluk agama Islam.
Setelah dakwahnya berhasil Ki Cakra Buana hendak kembali ke Cirebon, beliau mengutus muridnya yang bernama Ki Walidin untuk membina masyarakat desa tersebut.
Pada suatu waktu Ki Dusta kedatangan seorang tamu utusan dari tetangga desa yang kehilangan anak lelakinya, diduga dibawa oleh Diah Rengganis. Meskipun dirinya tahu akan perbuatan putrinya, namun ia tak sampai hati.
Namun karena desakan dari Masyarakat, akhirnya Ki Dusta menyuruh Ki Koang dan Ki Brangbang untuk membawa Diah Rengganis pergi jauh-jauh dalam rangka menghindari kemarahan warganya. Diah Rengganis ditempatkan di rumah nenek dan kakeknya yang bangsa siluman di pedalaman Alas Sinang.
Mengetahui kebiasaan Diah Rengganis yang memakan manusia, maka kakek dan neneknya memberikan solusi, agar memakan wayang kulit yang tersimpan didalam rumahnya dan berpesan jangan memakan manusia karena engkau akan celaka.
Namun lama kelamaan satu persatu wayang yang tersimpan didalam kotak pun habis dimakan oleh Diah Rengganis. Karena kebiasaan yang tidak bisa dihilangkan akhirnya Diah Rengganis memakan manusia lagi mengetahui hal itu akhirnya kekek neneknya pun segera melaporkan kejadian ini ke ayahnya.
Peristiwa ini sampai juga ke telinga Ki Walidin. Ia pun murka dan mendatangi Diah Rengganis. Setelah adu kesaktian Ki Walidin kalah dan menjadi mangsa Diah Rengganis.
Kematian Ki Walidin membuat Ki Dusta amatlah murka. Ia pun meminta kepada Ki Cakra Buana, maka diutuslah Ki Ageng Argantaka dan Ki Ageng Krapyak, Diah Rengganis berhasil dikalahkan.
Demikianlah cerita rakyat dari Alas Sinang Indramayu. Wonten laler wilis, pentelas-pentelis, ya wis. Bener orane, mung sederma nyeritakena. Bobade kula bobade sing dongengna. (Meneer Pangky/RS)***
Baca konten lainnya di Google News