Jelajahi

Kategori
Best Viral Premium Blogger Templates

Iklan

Babad Alas Kedung Penjalin, Asal-Usul Desa Tugu Sliyeg (Part I)

Meneer Pangky
Senin, Oktober 23, 2023 | 08:00 WIB Last Updated 2023-10-23T01:00:00Z
Ranggonseni.com, - Dilansir dari kanal Youtube RSTV pada Jumat (20/10/2023) oleh Lebe Karyoto, sekaul kanda, pada abad ke-15 pesisir Indramayu kedatangan rombongan ulama yang berasal dari Samarkan, salah satunya yakni Syekh Bakhrudin Al Kamali. Pendatang ini bermukim di sepanjang pesisir Pantai Junti.

Mereka berdakawah ilmu agama, ditempat itu juga Syekh Bakhrudin melakukan mesubrata di petilasan Sunan Bonang, yakni Situs Sumur Buyut Tuban.

Pada saat beliau melakukan pertapaan tak jauh dari tempat itu muncul cahaya yang terang benderang kemudian beliau belari menuju tempat tersebut dan melakukan penggalian.

Dari galian tersebut keluar pusaka berwujud cupu bebarengan dengan keluarnya sumber air yang jernih.

Kabar ditemukannya sumur yang airnya jernih oleh seorang petapa yang berilmu agama tinggi. Masyarakat datang berbondong-bondong untuk meminta air. Ada yang digunakan untuk minum atau sarana penyembuhan.

Sebagian lagi dilanjutkan dengan berguru agama kepadanya. Keramaian tersebut mengundang perhatian Sunan Bonang, lalu diutuslah dua orang untuk menemuinya, yakni Ki Tirta dan Ki Maya.

Kedua utusan Sunan Bonang itu ikut membantu mengajarkan ilmu agama. Atas jasa-jasanya wilayah ini kemudian diberi nama Tirtamaya. Desa ini lalu dititipkan kepada mereka berdua.

Syekh Bakhrudin kemudian membuka lahan di sebelah barat Desa Junti, menetap di Alas Kedung Penjalin. Dibangunlah padepokan baru. Ia kembali bertapa dan berbuka hanya dengan nasi aking. Ia pun kemudian digelari dengan sebutan Syekh Gagang Aking.

Kemahsyuran beliau dalam bidang ilmu agama dan hikmah membuat para santri dan penduduk sekitar sangat mengormatinya. Masyarakat pun memanggilnya dengan panggilan Abah Din. Peguron tempat Abah Din mengajar ilmu agama kemudian menjadi situs Buyut Badin.

Pada suatu ketika datanglah seorang murid dari Desa Tinumpuk yang bernama Ki Abdul yang mengharapkan agar Abah Din mau menikahi putrinya yang bernama Dewi Tambak.

Ki Abdul sangat menginginkan agar kelak anak cucunya dan keturunanya menjadi anak yang salih dan salihah. Tawaran itu pun disambut dengan senang gembira.

Berdasar adat, barang siapa yang menikah harus ikut niburi keluarga wanita. Abah Din kemudian pindah ke Pagebangan di Tinumpuk. Dari hasil perkawinannya ini dianugerahi dua orang anak yang bernama Nampa Subaya dan Lapda Kriya.

Setelah kedua anaknya tumbuh besar, ia memberi amanat kepada mereka agar terus melanjutkan perjuangan dakwahnya. Untuk itu dibekalilah sebilah keris dan cupu manik geni kepada putra-putrinya.

Mereka berdua pun pergi kembali ke Alas Kedung Penjalin, membabad alas dan membuat padukuhan baru. Saat menebang pohon mereka dikejutkan kehadiran buta raksasa penunggu hutan rotan tersebut.

Penghuni Alas Kedung Penjalin keberatan wilayahnya dibabad. Tak terhindarkan, mereka pun adu tanding kesaktian.

Ki Nampa Baya dengan sigap mengeluarkan keris pemberian orangtuanya. Buta raksasa terkena tuah keris tersebut sampai lumpuh. Nyi Lapda Kriya ikut membantu mengeluarkan cupu manik geni, membuat buta raksasa tadi terkobar-kobar.

Jiwa sang buta raksasa kemudian masuk ke dalam pusaka keris, itulah kenapa keris ini kemudian dikenal sebagai keris setan kober. Sebuah pusaka yang akan menggegerkan Cirebon dalam lakon Sutajaya Duta Gedong Jinem Si Rara Denok.

Mereka kemudian meneruskan pekerjaaanya masing-masing yakni membedah Alas Kedung Penjalin dan membagi tugas, Nampa Subaya membabad sebelah utara dan Lapda Kriya membabad sebelah selatan.

Oleh Karena Nampa Subaya hanya menggunakan golok, keris dan parang hingga membuatnya sedikit agak lambat, berbeda dengan Lapda Kriya yang menggunakan cupu manik geni hingga wilayah pembabadanya pun menjadi luas, dengan cara dibakar.

Wilayah yang dibabad oleh Lapda Kriya kemudian menjadi Desa Tugu, sedangkan wilayah yang dibabad oleh Nampa Baya kemudian menjadi Desa Sudimampir. 

Demikianlah cerita rakyat asal-usul Desa Tugu dan Babad Alas Kedung Penjalin. Wonten laler wilis, pentelas-pentelis, ya wis. Bener orane, mung sederma nyeritakena. Bobade kula bobade sing dongengna. (Meneer Pangky/RS)***

Baca konten lainnya di Google News
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Babad Alas Kedung Penjalin, Asal-Usul Desa Tugu Sliyeg (Part I)

Trending Now