Wadyabala Nibakena Tamba. Foto/Indra Bold |
Gelaran adat desa ini diawali Kamis malam sebelumnya, air yang diambil dari sembilan sumber dibacakan doa bersama di aula Gembol Balai Desa Tugu.
Sejumlah tokoh adat, pemuka agama, para petani turut hadir dalam ritual adat tahunan ini.
Kuwu Desa Tugu, Suwatno mengatakan adat ini sudah turun-temurun dilaksanakan sampai sekarang. Jadi, tidak bisa diganggu gugat dan sudah dijadikan warisan budaya Indonesia dari Indramayu.
Mapag tamba merupakan salah satu hari besar tani. Adat ini dilakukan 40 hari pasca tanam pada hari Jumat.
Air tamba tersebut akan dibawa oleh wadyabala mengelilingi penjuru desa menggunakan bungbung (red: bilah bambu).
Pidri, Ketua Sanggar Kedung Penjalin menuturkan bahwa mapag tamba itu menjemput obat. Ritual ini sebagai sarana agar tanaman padi tidak rusak maupun diserang hama.
Masyarakat Desa Tugu didominasi oleh petani. Mapag tamba itu simbol budaya mereka. Melalui tradisi ini petani diajak untuk menjaga tanaman padi. Diberi pupuk dan obat supaya panennya berlimpah.
Tapi, petani di Desa Tugu ternyata memiliki kearifan lokal cara menanggulanginya. Imbuh ketua sanggar. (Meneer Pangky/RS)***
Baca kabar lainnya di Google News