Ranggonseni.com - Sekaul kanda, Pangeran Surya Negara meninggalkan keraton. Tindakan ini diambil setelah ketidaksetujuannya atas keputusan Belanda yang mengangkat Ki Muda sebagai Wali Negara Kesepuhan.
Surya Negara pergi membawa harta dan pusaka keraton. Lantas, dirinya dianggap sebagai buronan. Kereta pedati gede yang ia bawa tertinggal di Desa Krangkeng.
Ia menyamar menjadi petani, mendatangi ki geden-ki geden untuk meminta dukungan dan bala bantuan. Memohon dukungan kepada Nyai Babadan, Ki Geden Gadingan, Ki Geden Tugu, Ki Geden Sleman dan Ki Geden Bulak.
Gelise wong kanda, sebagai bentuk 'bela pati' kepada Pangeran Surya Negara, Nyi Gede Krangkeng meminta Pangeran Serakit untuk membantunya.
Atas jasanya ini Nyi Gede Krangkeng mendapatkan gelar 'gender malaya'. Dua pusaka andalannya, yakni Tumbak Si Welang dan Keris Magenggong dipinjamkan kepada Pangeran Serakit.
Keberadaan Surya Negara di Krangkeng diketahui oleh centeng Loji Belanda di Dermayu. Datanglah pasukan berjumlah 25 orang yang membawa bedil. Pertempuran tidak bisa dihindari.
Akibat senjata dan jumlah pasukan yang tidak seimbang, Pangeran Serakit mengalami kekalahan. Dia ditangkap dan akan dibunuh. Namun, dihalangi oleh Ki Gede Blekok.
Ki Gede Blekok mencoba berunding. Pangeran Serakit yang menyerah tidak usah dibunuh, cukup di-krangkeng saja. Permintaan ini disetujui komisaris VOC.
Dalam pertempuran tersebut ada centeng kompeni yang terbunuh. Namanya Ki Gede Jago. Pembunuh Ki Gede Jago adalah Ki Gede Lumut, majikan dari Ki Gede Blekok.
Atas kehebatannya ini, Ki Gede Lumut digelari Pangeran Jagaspati oleh Surya Negara.
Demikianlah kisah Nyi Gender Malaya dan pedati gede yang ada di Desa Krangkeng. Sampai sekarang masih dikunjungi oleh orang-orang yang ingin hajatnya dikabul. (Meneer Pangky/RS)***