Jelajahi

Kategori
Best Viral Premium Blogger Templates

Iklan

Jaka Bajul dan Bedug Larangan

Meneer Pangky
Sabtu, Februari 11, 2023 | 06:09 WIB Last Updated 2023-02-16T18:33:13Z
Kantor Kuwu Jatisawit, Indramayu. Foto/Google Street View
Ranggonseni.com - Sekaul kanda, di pinggir Bengawan Cimanuk tinggal sepasang suami istri, Ki Kamal dan Nyi Santi namanya. Pekerjaan sehari-harinya adalah mencari ikan. 

Sejak subuh Ki Kamal sudah berangkat membawa jala. Menjelang sore segera ia pulang. Ikan tangkapannya itu kemudian dijual oleh Nyi Santi.

Hidup mereka sederhana. Sudah lama menikah namun belum dikaruniai anak. Hanya bisa bersabar dan tawakal. Suatu malam Nyi Santi mimpi ketiban pulung, Ki Kamal jadi berbunga-bunga. 

Namun mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Hari itu, boro-boro dapat ikan banyak. Seekor pun tidak diperoleh. Karena matahari mau terbenam, Ki Kamal segera naik ke tanggul dan pulang.

Di tengah jalan ia menemukan anak buaya. Setibanya di rumah, anak buaya tersebut ditaruh di balong. Si anak buaya dipelihara dengan penuh kasih sayang. Seperti kasih sayang orangtua kepada anaknya. 

Si buaya memiliki keanehan, yaitu suka sekali makan nasi, sambal dan segala yang biasa dimakan manusia. Juga, tak pernah mengganggu manusia.

Pada waktu bulan purnama, buaya itu menjelma menjadi pemuda ganteng dan menamakan dirinya Jaka Bajul. Ia berkeliling mencari keramaian, yang banyak muda-mudi ternyata di rumah Kuwu Sardana. 

Di sana ia berkenalan dengan Katijah, putri semata wayang kuwu Jatisawit. Dua sejoli ini makin sering bertemu dan bercanda. Lagi berag batok dan memadu janji ingin hidup bersama.

Katijah, suatu hari memohon kepada ayahnya untuk dinikahkan dengan Jaka Bajul, putra Ki Kamal. Kuwu Sardana mengiyakan apa yang diminta putri kesayangannya itu. Anehnya, Ki Kamal menyangkal punya anak laki-laki.

Secara diam-diam Ki Kamal dan Nyi Santi menyelidiki kasus ini. Mereka menduga ini perbuatan si buaya. Selidik punya selidik, terbuktilah apa yang diperkirakan Ki kamal. 

Jaka Bajul akhirnya dikawinkan dengan Katijah. Saking bahagianya, Kuwu Sardana mengadakan pesta perkawinan itu selama tujuh hari tujuh malam.

Lama-kelamaan Jaka Bajul bermaksud akan membawa istri ke negaranya sendiri, yaitu di dasar laut. Setelah ijin pamit kepada orang tuanya, Katijah ikut suaminya. 

Bajul mengajaknya ke tepi sungai, lalu membaca mantra sehingga air Bengawan Cimanuk berubah menjadi jalan raya. Lurus ke arah laut lor.

Di situ kedua suami-isteri dihormati oleh seluruh keluarga beserta teman-temannya dari dasar laut. Jaka Bajul tidak memiliki pekerjaan tetap, ia jarang tinggal di rumah. Sebelum pergi meninggalkan rumah, ia berpesan pada istrinya supaya tidak naik ke para (bagian atas langit-langit rumah).

Memang sudah adat manusia melanggar sesuatu yang dilarang. Katijah naik ke atas para meski sudah dilarang suaminya. Ia ingin tahu mengapa suaminya melarangnya. 

Begitu sampai di atas para, sampailah ia ke daratan. Katijah merasa bingung dengan kejadian itu. Ia menangis sambil pulang ke rumah ayahnya.

Seminggu setelah kejadian itu, Jaka Bajul datang ke rumah mertuanya. Sesudah bertemu, Katijah tidak mau diajak kembali. Akhirnya ia berpesan kepada rakyat Jatisawit. 

"Kalau nanti ada ribut-ribut di Jatisawit atau ada serangan dari desa lain, bunyikan bedug ini, nanti saya akan datang memberi bantuan".

Bedug itu dibuat oleh Jaka Bajul sendiri dan diserahkan kepada Kuwu Jatisawit. Sesudah pesan tersebut Bajul pulang ke negaranya, yaitu di laut lor. 

Merasa takut akan datangnya buaya itu, bedug akhirnya dihanyutkan ke sungai. Sampai sekarang di Desa Jatisawit tidak pernah memiliki bedug, apalagi menabuhnya.

Demikianlah, kisah Jaka Bajul dan bedug larangan di Desa Jatisawit. "Mabure si laler wilis, pentelas-pentelis wis". (Meneer Pangky/RS)***

Baca kabar lainnya di Google News 
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Jaka Bajul dan Bedug Larangan

Trending Now