Rabu 2 April 2025

Jelajahi

Kategori
Best Viral Premium Blogger Templates

Iklan

Lagu Wong Pinggiran dan Ingkarnya Janji Pejabat

Meneer Pangky
Selasa, Mei 24, 2022 | 03:49 WIB Last Updated 2022-05-23T20:52:37Z
Mad Gani adalah penjual buah nangka di pinggir jalan. Sudah puluhan tahun ia berjualan. Dari jalan masih aspal sampai cor-coran. Ia adalah saksi bisu perubahan yang terjadi di kota ini.

Banyak perumahan-perumahan dibangun guna menampung pendatang yang bekerja di perusahaan minyak negara tersebut.

Bangunan-bangunan baru terus didirikan. Gubugnya yang reot terkena gusuran pabrik. Ia menyisih di pinggiran kota. Dulu, ia mau pindah alasannya cuma satu. Anaknya bisa kerja di sana.

Seperti dijanjikan sebelum kena gusur. Salah satu anaknya akan bekerja di pabrik itu. Harapan sirna setelah anaknya tidak memiliki ijazah yang diminta.

Mad Gani tahu diri tak mampu menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Mungkin si bungsu nanti. Pikirnya untuk menghibur diri.

Pagi ini, ia seperti biasa dibangunkan suara mengaji dari masjid. Sebentar lagi azan subuh memanggil. Matanya melayang melihat langit-langit rumah yang bersawang.

Sudah lama nurani memangil. Keinginan untuk membasuh mukanya dengan air wudhu. Panggilan itu selalu gagal di tengah himpitan ekonominya yang kembang kempis.

Suara centang perenang dari dapur menyadarkannya untuk segera beranjak dari ranjang. Istrinya sudah bangun. Terlihat asap kebul di atas tungku. Istrinya sedang mengupas nangka.

Bila nangka kemaren masih bersisa akan dikukus sebentar. Lalu digabung dengan yang baru. Memang tidak memenuhi standar kesehatan. Tapi, bagi Yu Gani tidak segampang itu.

Jika sisa nangka kemaren dibuang akan mengurangi keuntungan dan modal. Penghasilan pun berkurang. Jika dipakai untuk belanja nangka lagi. Terpaksa ia harus ngutang beras di warung. Pola demikian sudah ribuan kali dipraktekkan.

Mad Gani tak hirau, ia bergegas ke kamar mandi. Sambil buang hajat ia puaskan lamunan. Ia teringat anaknya yang merantau. Sudah sepuluh tahun tidak berkabar.
Ada yang bilang anaknya kerja jadi nelayan keliling dunia. Ada pula yang menerangkan masuk penjara karena kasus perampokan. Sudahlah, Mad Gani tak ambil pusing apa kata orang.

Tingkah putrinya juga parah. Adiknya si sulung. Pulang dari Arab membawa kandungan. Mantunya murka lalu dicerai. Sekarang, jadi tanggungannya lagi.

Dari omongan tetangga, Tati sering mangkal di tanggul kali. Mad Gani tak kuasa melarang-larangnya. Tati juga perlu uang untuk membiayai diri dan anaknya.

Tinggal si bungsu. Masih sekolah. Bulan kemaren, gurunya datang menerangkan bahwa si bungsu dapat beasiswa. Dan berpesan jangan sering bolos. Jika tidak, beasiswanya akan dialihkan ke siswa lain.

Istrinya memanggil. Mad Gani segera menuntaskan hajatnya. Segera ia mendorong glodog diiringi percekcokan istri dan Tati yang baru pulang.

Kakinya gemetar lembut saat mendorong. Tiap lima puluh meter ia berhenti untuk membuang dahak. Sebenarnya ia ingin libur barang sehari.

Keinginan itu selalu diurungkan. Ia tidak mau kena omelan istri. Omelan tanpa ujung. Omelan khas orang susah. 

Nasib, nasib uwong pinggiran. Kalah persaingan, angger bae ora keduman. Persis lirik lagu uwong pinggiran yang dinyanyikan Dewi Kirana. (Meneer Pangky/RS)***
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Lagu Wong Pinggiran dan Ingkarnya Janji Pejabat

Trending Now