Ada-ada saja komentar netijen itu. Ini tentang panggung hiburan yang ambruk itu. Yang menuai keprihatinan mendalam dari banyak netijen itu. Tapi tetep aja, ada satu dua netijen yang komentar kebalikannya.
Yang kena azab lah, yang kena karma lah. Yang belum diberi sesajen lah. Kok ada ya orang yang nggak punya nurani dan sisi simpati atas kedukaan yang menimpa seseorang.
Padahal nih gaes, insiden panggung jebrot bukti rancangan panggung yang asal-asalan. Atau material yang tak berkualitas. Tidak ada standar layak pakai.
Insiden panggung jebrot juga bisa dipandang sebagai human error, kelalaian tim showbiz yang kurang mementingkan safety.
Insiden panggung jebrot juga bisa dikarenakan overload capacity. Panggung dibebani beban yang berlebihan.
Overload capacity ini dikarenakan ada kultur di Indramayu jika nanggap orkes/organ/sandiwara/tarling bahkan hingga wayang se-tangga rayat-nya itu ikut joged.
Kultur ini sebenarnya ada baiknya sih, joged adalah cara menghibur diri murah meriah. Secara psikologis, kebahagiaan warga adalah cermin kota yang bahagia.
Kota yang tidak stres itu malah maik. Warganya bahagia. Namun, kultur ini juga mengurangi nilai estetis dipandang dari spion showbiz.
Bisnis hiburan seperti ini dianggap mengganggu pandangan, karena ada blocking. Sebagai penonton saya tak bisa menikmati suguhan hiburan yang dipertontonkan.
Terlepas pandangan-pandangan yang ada saya prihatin atas insiden panggung jebrot ini. Semoga kita mengambil hikmah kejadian ini. Salam budaya! (Meneer Pangky/RS)***