Tarka Sutarahardja, begawan naskah kuno Jawa. |
Ki Tarka meninggalkan dua orang anak dan seorang istri, kabar meninggalnya begawan naskah kuno itu membanjiri media sosial baik dari keluarga, kerabat, akademisi dan tokoh-tokoh Indramayu.
"Ki Tarka bagi saya adalah orang tua, sahabat, guru besar dalam mempelajari budaya Jawa khususnya aksara Jawa. Pastinya saya sangat sangat kehilangan beliau. Sosok pejuang aksara Jawa yang sangat gigih dalam melestarikan manuskrip kuna. Sepertinya sampai saat ini, khususunya Indramayu belum memiliki sosok pengganti beliau. Kami sangat kehilangan beliau. Semoga kami yang pernah mendapat kesempatan belajar dengan beliau, dapat dan kuat meneruskan perjuangan beliau", ungkap Ray Mengku Sutentra, Ketua Sanggar Aksara Jawa Indramayu sekaligus murid almarhum.
Pria yang pernah bekerja di PMS (Project Managament Services) IPB Kampus Dermaga Bogor itu, sebelum meninggal telah lama berjuang melawan penyakit maag kronis dan darah tinggi yang dideritanya.
Semasa hidupnya pria kelahiran 21 April 1970 ini dikenal konsisten dalam dunia naskah kuno selama 26 tahun lalu sejak 1995. Meskipun beliau belajar secara otodidak namun kemampuan soal naskah kuno tak diragukan bahkan bisa mengalahkan filolog akademis.
Sudah ratusan naskah kuno yang sudah ia terjemahkan, beberapa di antaranya sudah terbit. Naskah Babad Cirebon Carub Kanda dan Sejarah Cirebon Naskah Keraton Kacirebonan pada tahun 2013.
Selain itu, kiprahnya dalam gerakan budaya tak terhitung jumlahnya. Ketua Forum Jati Budaya tahun 2010, aktivis Indramayu Historia tahun 2011, aktif di Yayasan Lingga Amurwa Kanda tahun 2012. Mendirikan Sanggar Aksara Jawa Indramayu pada tahun 2013.
Keahlian menerjemahkan naskah kuno mulai dilirik di kancah nasional saat aktif di Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara) dan Perpusnas RI.
Selamat jalan Ki Tarka, wilujeng tindak sang begawan naskah kuno! Semoga dedikasimu menjadi pelita yang terang benderang dalam keabdian disisi Tuhan. (Munawir Sazali/ RS)***