Ranggonseni.com - Keberadaan Diana Sastra dalam belantika musik tarling pantura, tak lepas dari hobinya yaitu sering mendengarkan tarling dan dangdut.
Sejak usia dini, Diana Sastra sudah dianggap memiliki suara merdu oleh orang-orang di sekelilingnya, tak heran ia kerap didaulat untuk untuk mengikuti lomba menyanyi di acara HUT RI.
Diana Sastra bukanlah nama yang asing bagi penggemar musik tarling pantura. Selama 24 tahun ia sudah malang-melintang dari panggung ke panggung. Padahal awal berkarier ia sempat dilarang oleh keluarga.
Artis yang terkenal nyentrik ini, lahir di Jakarta pada 14 Maret 1978, anak bungsu dari 10 bersaudara. Ia tumbuh dalam asuhan sang ibu. Ia yatim sejak kecil.
Biduanita lulusan SMEA Budi Tresna Watubelah Cirebon ini, awal berkarier ikut rombongan Teti Tiara, meski awalnya sempat ia tolak. Tetapi saudaranya malah mendorong jangan disia-siakan kesempatan emas tersebut.
Setelah bertahun-tahun hanya menyanyi dari pentas ke pentas. Keberuntungan selanjutnya saat ia bertemu dengan Uci Sanusi, produser tarling di bawah label rekaman ternama Dian Records di Jakarta.
Sekarang, ia sudah menelurkan karya sebanyak 35 album. Beberapa di antara lagu-lagu tersebut adalah hasil ciptaannya sendiri, misanya lagu "Pengen Dadi Siji".
Ia juga mengaku suka lagu tarling lawas. Seringkali dirinya meng-cover lagu-lagu tersebut. Seperti karya Mimi Dariyah, Mama Udin Zsen, Mama Abdul Adjib, Sadi M. dan lainnya.
"Saya suka mengcover ulang lagu-lagu tarling lawas karya para maestro tarling karena merasa lagu - lagu mereka itu enggak ada bosennya, terasa abadi", ungkap Istri dari Fajar Andianto ini.
Sukses di belantika musik tarling, tak menjadikan mbok (red : panggilan akrab Diana Sastra) besar kepala, ia suka berbagi dengan anak yatim saat manggung.
Pelantun lagu Bandeng Mencelat ini selalu mengutamakan sikap profesional. Itu nasehat dari sang kakak, agar dirinya jangan sampai terjerumus dalam hal negatif.
Nilai moralitas itu ia wujudkan dalam setiap busana panggung. Ia menjauhi rok mini atau segala hal yang dianggap sensual dan erotis.
"Bagi saya, pelanggan itu nomor satu, profesional kerja adalah modal utama dalam memuaskan klien, seorang penyanyi selain harus punya suara bagus, juga harus punya karakter yang berbeda dan jangan lupa berbagi pada sesama, insya Allah berkah", ungkap Diana Sastra mengakhiri wawancara. (Munawir Sazali /RS)***
Sejak usia dini, Diana Sastra sudah dianggap memiliki suara merdu oleh orang-orang di sekelilingnya, tak heran ia kerap didaulat untuk untuk mengikuti lomba menyanyi di acara HUT RI.
Diana Sastra bukanlah nama yang asing bagi penggemar musik tarling pantura. Selama 24 tahun ia sudah malang-melintang dari panggung ke panggung. Padahal awal berkarier ia sempat dilarang oleh keluarga.
Artis yang terkenal nyentrik ini, lahir di Jakarta pada 14 Maret 1978, anak bungsu dari 10 bersaudara. Ia tumbuh dalam asuhan sang ibu. Ia yatim sejak kecil.
Bermodal rajin menyimak lagu-lagu tarling dan dangdut dari kaset pita yang ia beli seharga Rp. 7.500,- pada saat itu. Tak disangka kebiasaannya itu membawa keberuntungan hingga sukses di industri musik tarling.
Ia lahir dari keluarga tidak mampu dan pernah gagal ikut kontes menyanyi di salah satu radio swasta Cirebon. Bukan halangan baginya untuk tetap mengembangkan bakat dan minatnya dalam dunia tarik suara.
Ia lahir dari keluarga tidak mampu dan pernah gagal ikut kontes menyanyi di salah satu radio swasta Cirebon. Bukan halangan baginya untuk tetap mengembangkan bakat dan minatnya dalam dunia tarik suara.
Biduanita lulusan SMEA Budi Tresna Watubelah Cirebon ini, awal berkarier ikut rombongan Teti Tiara, meski awalnya sempat ia tolak. Tetapi saudaranya malah mendorong jangan disia-siakan kesempatan emas tersebut.
Setelah bertahun-tahun hanya menyanyi dari pentas ke pentas. Keberuntungan selanjutnya saat ia bertemu dengan Uci Sanusi, produser tarling di bawah label rekaman ternama Dian Records di Jakarta.
Sekarang, ia sudah menelurkan karya sebanyak 35 album. Beberapa di antara lagu-lagu tersebut adalah hasil ciptaannya sendiri, misanya lagu "Pengen Dadi Siji".
Ia juga mengaku suka lagu tarling lawas. Seringkali dirinya meng-cover lagu-lagu tersebut. Seperti karya Mimi Dariyah, Mama Udin Zsen, Mama Abdul Adjib, Sadi M. dan lainnya.
"Saya suka mengcover ulang lagu-lagu tarling lawas karya para maestro tarling karena merasa lagu - lagu mereka itu enggak ada bosennya, terasa abadi", ungkap Istri dari Fajar Andianto ini.
Sukses di belantika musik tarling, tak menjadikan mbok (red : panggilan akrab Diana Sastra) besar kepala, ia suka berbagi dengan anak yatim saat manggung.
"Saya pernah merasakan ditinggal seorang ayah serta hidup sebagai orang yang lemah secara ekonomi, untuk kebutuhan sehari-hari hanya mengandalkan seorang ibu yang berprofesi sebagai penjual nasi, bahkan waktu masih sekolah saya juga pernah menunggak bayar SPP, serta pernah juga merasakan tidur beralaskan kardus di pabrik dekat warung ibu saya, untuk mengganjal perut, saya suka bawa roti bantal yang kemudian disantap waktu jam istirahat sekolah karena sering tak mendapatakan uang saku sekolah", ungkap ibu tiga anak ini dengan mata yang berbinar air mata mengenang masa lalunya.
Pada tahun 2001 Diana Sastra mendirikan perusahaan rekaman sendiri Dian Prima Management. Ia dan suami yang memanajemen sendiri. Ternyata, ia tak menyangka bisa berkembang dan kebanjiran job pentas. Baik di-tanggap maupun acara selling product perusahaan.
Pada tahun 2001 Diana Sastra mendirikan perusahaan rekaman sendiri Dian Prima Management. Ia dan suami yang memanajemen sendiri. Ternyata, ia tak menyangka bisa berkembang dan kebanjiran job pentas. Baik di-tanggap maupun acara selling product perusahaan.
Pelantun lagu Bandeng Mencelat ini selalu mengutamakan sikap profesional. Itu nasehat dari sang kakak, agar dirinya jangan sampai terjerumus dalam hal negatif.
Nilai moralitas itu ia wujudkan dalam setiap busana panggung. Ia menjauhi rok mini atau segala hal yang dianggap sensual dan erotis.
"Bagi saya, pelanggan itu nomor satu, profesional kerja adalah modal utama dalam memuaskan klien, seorang penyanyi selain harus punya suara bagus, juga harus punya karakter yang berbeda dan jangan lupa berbagi pada sesama, insya Allah berkah", ungkap Diana Sastra mengakhiri wawancara. (Munawir Sazali /RS)***