Jelajahi

Kategori
Best Viral Premium Blogger Templates

Iklan

Merengkuh Asa (2021)

Redaksi
Kamis, Mei 06, 2021 | 13:50 WIB Last Updated 2022-07-16T19:06:06Z
Score : ⭐ ⭐ ⭐ 

Merengkuh Asa | 2021 | Drama | Pemeran : Salsabillah Agnin, Astrid Legeani, Wa Peyek Sarkem | Sutradara : Hasan Haririe | Penulis Naskah : Hasan Haririe | Negara : Indonesia | Durasi : 54 Menit

Kritik film ini diracik untuk meng-oceki pesan moral apa yang ada dalam film indie "Merengkuh Asa" garapan dari Studio BBM.

Kritik film ini merupakan arena bertemunya antar gagasan. Jadi, amat subyektif dan tidak menutup kemungkinan adanya silang pendapat.

Sinopsis

Sekarang kita ke sinopsis film Merengkuh Asa dulu. Film yang bertutur dengan alur mundur ini dimulai dengan serangkaian peristiwa perjuangan kakak-beradik dalam menempuh pendidikan.

Dua anak itu Amel dan Ajeng, mereka diasuh oleh neneknya, Bi Rasti. Ibunya sedang mencoba memperbaiki nasib dengan menjadi PMI. Seorang buruh migran Indonesia yang bekerja di Taiwan.

Bi Rasti selama mengasuh dua cucunya ini dibantu oleh Pak Adi. Lelaki yang memendam rasa kepada Sri, anaknya Bi Rasti. Kebaikannya ini, suatu saat syukur-syukur akan dibalas oleh Sri. Menjadi ayah tiri bagi dua putrinya tersebut.

Selain pokok cerita di atas. Film ini juga memuat advertorial dari SMK BBM Indramayu.

Aspek Film

Selanjutnya mari kita bahas secara teknis film. Saya kebingungan, ini film pendek apa bukan? Judul yang dipakai film pendek, #filmdermayu. Tapi durasinya sampai satu jam.

Padahal dalam Piala Oscar kategori film pendek itu sampai 40 menit.

Kedua, jika ini sebuah iklan kok format medianya film. Maksudnya aneh, iklan masuk dalam narasi cerita. Saya lumayan terganggu. Terlalu bertele-tele.

Format iklan dengan media film sudah lumrah digunakan. Sebaiknya ya mbok nggak usah sampai masuk narasi film. Bisa berupa slide di awal, tengah, atau akhir tayangan. Durasi pun jangan panjang-panjang. Cukup 1-2 menit.

Soal beginian, jangan malu belajar pada sinetron ikatan cinta. Aduh itu sinetron keterluan banget iklannya.

Plot

Aspek cerita, film ini mengetengahkan potret kemiskinan dan mahalnya pendidikan di Indonesia.

Ajeng dan Amel, gadis polos yang sedang berupaya mewujudkan mimpinya. Ingin tetap menempuh pendidikan meski awalnya ditentang oleh nenek tersayang.

Si nenek Rasti yang miskin hanya bisa pasrah. Apalah daya biaya pendidikan itu mahal. Dari biaya sekolah, biaya penunjang dan uang saku saban harinya. Dihadapkan masalah begitu, Bi Rasti pusing tujuh keliling.

Sri, ibu Ajeng dan Amel yang bekerja di Taiwan adalah seorang single mother. Ia sudah lama bercerai dengan ayah putrinya itu. Sekarang ia jadi tulang punggung bagi ibu dan dua putrinya.

Ayah Ajeng dan Amel adalah potret kebanyakan bapak di Indonesia. Suka kawin dan beranak. Tapi kurang bertanggung jawab dengan masa depan anak-anaknya.

Sri tidak mau mengutuk keadaan dan berkeluh kesah menyalahkan bekas suaminya itu. Dirinya tampil untuk mengubah keadaan. Menyeberang ke negeri sebrang. Mencari peruntungan.

Sedang Pak Adi, lelaki yang memendam rasa asmara kepada Sri. Ia pun mau bersusah-susah ikut mengasuh Ajeng dan Amel. Menjadi supporting system bagi dua gadis itu.

Mendukung mimpi Ajeng dan Amel dalam menempuh pendidikan. Beruntunglah nasib mereka. Ada dua manusia berhati malaikat yang mau berkorban. Bi Rasti dan Pak Adi.

Keberuntungan itu tak datang sekali. Ajeng masuk sekolah yang biayanya terjangkau. Amel masuk sekolah favorit. Hal ini tentu meringankan beban Sri dalam segi finansial.

Di akhir cerita keberuntungan itu tidaklah selalu happy ending. Ajeng dan Amel adalah salah satu contoh ketidakberdayaan manusia dalam menggapai kesuksesan.

Ajeng yang dua tahun pernah tinggal kelas, sekolahnya murah dan minim fasilitas. Ia bisa berkembang dan mengasah skill. Sedang, Amel yang selalu juara dan belajar di sekolah unggulan. Malah gagal diterima kerja di perusahaan yang didam-idamkannya itu.

Ajeng dan Amel bisa saja mengamini permintaan sang nenek untuk langsung bekerja ikut bibi di Jakarta. Sri, seorang ibu yang sangat sayang dengan kedua putrinya itu bisa saja menolak. Tidak memberi restu untuk lanjut sekolah.

Simpanan tabungan selama bekerja di Taiwan bisa saja untuk membangun rumah dan modal usaha. Lalu, Pak Adi bila nggak kepencut sama Sri bisa saja tidak peduli kepada Ajeng dan Amel. Harus repot-repot mengasuh. Toh bukan anak-anak dia.

SMK BBM Indramayu juga, bisa saja tidak peduli soal hak pendidikan untuk semua anak bangsa. Sekolah tersebut tetap mematok tarif umum.

Lembaga sekolah juga perlu sehat secara keuangan. Tugas mencerdaskan kehidupan bangsa adalah kewajiban negara. Bukan kewajiban sekolah.

Tembung pamungkas, saban kita memilih satu pilihan, maka pilihan itulah yang akan melukis, membatasi sekaligus mempengaruhi jumlah dan arah pilihan-pilihan selanjutnya dalam hidup di masa depan. (Jean-Paul Sartre).

Pasar Kandanghaur tuku trasi, duh dulur-batur terimakasih. Sudah membaca! (Meneer Pangky/RS)***
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Merengkuh Asa (2021)

Trending Now